Selasa, 21 Agustus 2012

Surat pertama untuk ayah

Kadang aku lelah dengan semua ini, merasa sendiri.
Namun itu yang lebih sering kurasakan.. kadang hanya bisa bernyanyi "lalala......" tanpa aku tau dapatkah kuperoleh kebahagiaan dari semua itu.
Kebanggaan-kebanggaan kecilku tak dapat kupersembahkan padanya rasanya ingin sekali aku melihat senyum kebanggaannya untukku,namun kutahu itu tak mungkin.
Pada momen-momen tertentu aku sangat merindukan sosoknya untuk hadir bersamaku disini namun tak ada keajaiban yang dapat membuatnya kembali bersamaku lagi.
Luka,, kehilangan dan sepi sering menyertai malamku,bersama dinginnya hembusan angin malam aku bagai tak berselimut ditengah gurun dimalam hari. Sendiri.
Disetiap doaku selalu ada tetesan dari pelupuk mata,terasa begitu perih mengalir menghapus topeng keceriaan wajahku, namun luka itu tak urung sembuh.
Banyak orang berkata semakin kau simpan semakin parah luka itu, namun jika kudengarkan mereka aku tak akanmemiliki kenangan lagi dengannya.
Ingin rasanya menghapus semua luka,namun apa aku bisa hidup tanpa sekeping memori tentangnya?
Bagai manusia yang tak pernah menghargai kehidupan yang diberikan Tuhan untuknya.
Aku selalu mengeluh dengan keadaanku,,selalu berfikir aku terluka tanpa penyembuh walau kutahu jauh di ujung sana kisah miris lebih pahit terjadi pada hambaNya yang lain.
Semua ini normal namun menyakitkan.